Sabtu, 14 Maret 2015

Etiolegal dan Keselamatan Pasien dalam Praktek Kebidanan



Makalah Etikolegal dan Keselamatan Pasien
dalam Praktik Kebidanan
DASAR-DASAR PENCEGAHAN INFEKSI
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan
Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Etikolegal
dan Keselamatan Pasien dalam Praktik Kebidanan



Oleh :

Kelompok 4 Semester II
1.     Leila Farah                                        (140192)
2.     Annisa Riski FU                               (140193)
3.     Linda Okftarini                                  (140194)
4.     Aprilia Borneawati                            (140195)
5.     Rini Yende                                        (140196)
6.     Isnaini Mar’atussolihah                   (140197)
7.     Muntaka Batun Nafsiyah                (140198)
8.     Fitriya Muyasaroh                             (140199)
9.     Rica Hardiana                                   (140200)





AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Pencegahan Infeksi
dalam Pelayanan Kebidanan” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Etikolegal dan Keselamatan Pasien dalam Praktik Kebidanan
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan judul makalah ini, tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing etikolegal dan keselamatan pasien dalam praktik kebidanan Ibu Winarsih, S.SiT., M.Kes. dan para mahasiswa yang mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita mengenai dasar-dasar pencegahan infeksi dalam pelayan kebidanan. Makalah ini masih jauh dari sempurna maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

                                                                       
                                                            Yogyakarta, 6 Maret 2015
                                                                        Penyusun


                                                                      Kelompok IV



Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular (Musad ad, Lubis, & Kasnodihardjo, 1993). Seluruh petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial). Infeksi sebagian besar dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan (Tietjen, dkk : 2004).
Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini, perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah. 
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Dengan bekerja berdasarkan tujuan ini, maka berarti pemberi asuhan kesehatan melindungi pasien, lingkungan dan dirinya sendiri.
1.      Untuk mengetahui definisi pencegahan infeksi.
2.      Untuk mengetahui kewaspadaan baku ( universal precaution ).
3.      Untuk mengetahui pencegahan infeksi maternal dan neonatal.

1.       Mahasiswa dapat mengetahui definisi pencegahan infeksi.
2.       Mahasiswa dapat mengetahui kewaspadaan universal.
3.       Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan infeksi maternal dan neonatal.


                                                                           
A.     Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme dan berpoliferasi dalam jaringan tubuh.
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Pada infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah. Pada infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karenabakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa:
1)     Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dengan orang yang ditulari. Misalnya cara penularan:
a)  Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea, AIDS.
b)  Penyakit kulit : tinea versicolor (panu), scabies (kudis).
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakitnya,seperti feces, urina, darah, muntahan dan sebagainya.
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.penyakit-penyakit yang menular dengan cara ini,antara lain: cholera, thypus abdominalis, poliomyelitis, hepatitis infectiosa, dysenteri, penyakit-penyakit karena cacing, misalnya karena ascaries lumbricoides.
Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda).dalam hal ini serangganya pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya atau pun hanya sebagai pemindah (transmiter)saja. Misalnya:
1)     Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk anopheles sp.
2)     Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus dengue ,ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit yang  menular melalui udara ,terutama penyakit saluran pernapasan, seperti: Melalui debu diudara yang mengandung bibit penyakit misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang disebabkan oleh bakteri mycobacterrium tuberculosis.
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
Aseptik yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme ,baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh : Pencucian alat dengan menggunakan sabun.
Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Contoh :
1)     Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan mencuci menggunakan alkohol.
2)     Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat  kesehatan,dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan dilakukan.
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions  (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan  ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK).
a.    Kebersihan tangan (cuci tangan)
b.     Alat Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari:
1)    Penggunaan sarung tangan
2)    Pelindung wajah (masker, kacamata,)
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularan kuman patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya. Langkah-langkah penggunaan masker :
a)        Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip motal yang tipis).
b)        Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
c)        Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
d)       Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
3)    Gaun pelindung
  Gaun / baju pelindung atau jubah atau celemek, merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan celemek. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
4)    Penutup kepala
5)    Sepatu pelindung
c.    Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Dalam mencegah luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya, maka seorang perawat harus berhati-hati dalam melakukan.
1)    Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.
2)    Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
3)    Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.
d.    Kebersihan pernapasan dan etika batuk
Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber dengan cara tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
1)     Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.
2)     Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan.  Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
e.    Kebersihan lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi     permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
f.     Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
1)     Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
2)     Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
g.    Pembuangan limbah
Cara pembuangan limbah dengan benar :
1)    Pastikan pengelolaan limbah yang aman.
2)    Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
3)    Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
4)    Buang alat sekali pakai dengan benar
h.    Perawatan peralatan pasien
Cara merawat peralatan pasien, yaitu :
1)    Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
2)          Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan penolong kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan-penularan penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti missal hepatitis dan HIV/AIDS. Tujuan tindakan-tindakan PI dalam pelayanan  asuhan kesehatan :
a.       Meminimalkan infeksi yang diebabkan oleh mikroorganisme.
b.      Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS.
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi menurunkan kejadian infeksi maternal antara lain :
1)     Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil guna deteksi dini faktor risiko kehamilan dan kelahiran.
2)     Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.
3)     Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
4)     Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
5)     Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga berencana.
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi menurunkan kejadian kematian neonatal antara lain :
1)     Pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi.
2)     Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu ASI eksklusif pada bayi yang baru dilahirkan hingga enam bulan ke depan sangat mencegah kematian bayi karena kekurangan zat-zat anti infeksi yang dibutuhkan
3)     Menganjurkan menikah pada usia matang (tidak terlalu muda).

A.     Kesimpulan
Pencegahan infeksi adalah cara yang paling menguntungkan agar tidak mudah terserang penyakit dan kekebalan tubuh dapat terjaga dari bermacam-maacam jenis penyakit.Untuk menjaga kekebalan tubuh kita bisa melakukan dengan bermacam cara, seperti : Cuci tangan, memakai perlengkapan pelindung, memproses alat bekas pakai, dan menjaga kebersihan.

Kepada pembaca, khususnya mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta agar lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan diri, karena kuman dan penyakit tidak dapat terdeteksi oleh penglihatan mata sehingga jika kita berkontak langsung dengan apapun hendaknya kita mencuci tangan terlebih dahulu.